Menyusul diketahuinya 62 kasus baru
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dan tiga di antaranya dalam kondisi hamil
pada 2016 ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto mengklaim
proses persalinan bisa terlayani di RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari.
Kepala Dinkes Kabupaten Mojokerto
Didik Chusnul Yakin mengungkapkan, pihaknya tidak akan merujuk pasien
ODHA yang melahirkan ke rumah sakit lain atau luar kota. Menurutnya,
RSUD Prof Dr Soekandar Mojosari sebagai rumah sakit pemerintah saat ini
sudah mampu menangani. ”Ya, rumah sakit kita (RSUD Prof Dr Soekandar,
Red) sudah bisa menerima pasien itu,” ungkapnya Minggu (13/11).
Karena, jelas dia, pada November ini
pihak RSUD telah menangani proses persalinan satu orang ODHA. Oleh
sebab itu, ketiga ibu hamil (bumil) yang positif mengidap HIV/AIDS
direncanakan akan dilakukan pelayanan bersalin di rumah sakit pelat
merah tersebut. ”Kemarin ada satu orang yang berhasil terlayani. Jadi,
rumah sakit sudah siap,” tukasnya.
Sementara itu, Wakil Direktur
Pelayanan RSUD Prof Dr Soekandar Djalu Naskutub menambahkan, tidak ada
perbedaan penanganan proses persalinan antara pasien HIV/AIDS dengan
pasien umum. Hanya saja, ada beberapa yang memang harus dilakukan secara
khusus. ”Seperti pada APD-nya (alat perlindungan diri) itu single use. Istilahnya sekali pakai saja,” terangnya.
Djalu menjelaskan, akan jauh lebih
baik apabila pasien HIV/AIDS melakukan kontrol rutin sejak masa
kehamilan. Sehingga, kesiapan bagi tenaga medis bisa dimaksimalkan.
”Yang penting sebelum melahirkan sudah bisa terkontrol, sehingga rumah
sakit pun persiapannya lebih matang,” ujarnya.
Dia menyatakan tidak akan menolak
ataupun merujuk pasien yang akan melakukan persalinan. Sebab, rumah
sakit sudah siap dengan peralatan berikut tenaga medisnya. ”Yang jelas
untuk RSUD Mojosari sudah mempersiapkan kalau memang ada pasien HIV/AIDS
siap melayani,” tambahnya.
Dia membenarkan, RSUD Mojosari telah berhasil menangani seorang pasien
yang melahirkan melalui operasi Caesar. Menurutnya, hal itu dilakukan
sesuai dengan standart operating prosedure (SOP) bagi pasien HIV/AIDS. ”Protapnya kita sudah tahu kalau itu HIV/AIDS. Secara SOP-nya harus dilakukan operasi,” tandasnya. (tata)